Sabtu, 16 November 2013

TEKNOLOGI CORONG TINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG GALAH HINGGA 95 %

TEKNOLOGI CORONG TINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG GALAH HINGGA 95 %



Harapan untuk meraih keuntungan lebih bagi para pembenih udang galah semakin terbuka. Melalui teknik pembenihan dengan wadah fiber berbentuk kerucut (corong) telah diperoleh derajat sintasan larva udang galah yang menakjubkan. Keberhasilan pencapaian produksi pasca larva siap jual hingga lebih dari 95 persen merupakan prestasi yang telah berulang kali diraih oleh Hatcheri Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar yang bernaung di bawah Pusat Riset Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan



P

roduk utama pada kegiatan pembenihan udang galah adalah udang stadia pasca larva (PL) umur sepuluh hari yang sudah siap tebar baik untuk kolam tawar maupun payau. Umumnya benih ini memiliki panjang total berkisar antara 10 – 11 mm dengan morfologi sudah lengkap seperti udang dewasa. Pada kebanyakan hatcheri udang galah baik milik pemerintah (BBUG, UPUG) maupun swasta derajat sintasan yang dipeoleh masih tergolong rendah, berkisar pada angka 15 – 30 persen. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi benih ukuran tersebut juga relatif panjang yaiitu 30 – 35 hari bahkan bisa mencapai 40 hari. Informasi yang penulis peroleh dari beberapa negara yang mengembangkan udang galah seperti Malaysia, Vietnam dan Laos juga menyatakan bahwa sintasan yang diperoleh pada kegiatan pembenihan sangat fluktuatif berkisar antara 20 – 40 persen dengan lama waktu pemeliharaan mencapai 35 hari.

Melalui penerapan intensifikasi dan pemeliharaan dengan wadah berbentuk corong ternyata dapat diperoleh derajat sintasan yang sangat menggembirakan, yaitu berkisar antara 93 – 99 persen. Pertumbuhan larva udang galah juga lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan juga lebih singkat, yaitu berkisar antara 24 – 26 hari dengan performan benih yang lebih seragam. Tentunya dengan peningkatan kelangsungan hidup dan pengurangan waktu maka keuntungan yang dapat diperoleh juga akan jauh meningkat.



Wadah fiber kerucut : Efisien, praktis dengan kualitas benih seragam

Hatcheri udang galah di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi memiliki beberapa jenis wadah dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Dari ketiga jenis wadah tersebut keberhasilan yang diperoleh juga nampak berbeda pula. Pemeliharaan larva pada fiber berbentuk corong dengan volume air 50 liter memberikan hasil tertinggi yaitu 93 – 99 % dengan waktu produksi 25 – 28 hari. Pemeliharaan pada gelas fiber berbentuk bulat dengan volume 1.000 liter memberikan hasil sintasan sebesar 20 – 40 % dengan waktu produksi 30 – 35 hari. Sedangkan pemeliharaan pada bak beton dengan volume air 10.000 liter memberikan hasil yang sangat rendah, yaitu 10 % dengan waktu produksi lebih dari 35 hari. 

Jumlah fiber berbentuk corong yang dimiliki sebanyak 30 buah, sehingga dengan kapasitas 50 liter per wadah maka total volume media pemeliharaan sebesar 1.500 liter. Dengan penerapan padat tebar 3.000 ekor larva per 50 liter media (corong) maka total larva yang ditebar sebanyak 90.000 ekor. Apabila derajat sintasan rata-rata mencapai 95 % maka total benih yang dapat dipanen sebanyak 85.500 ekor. Harga jual benih ukuran ini (PL-10) adalah Rp. 50 – 55,-per ekor. Apabila nilai jualnya Rp. 50/ekor maka dari kegiatan ini dapat diperoleh nilai penjualan sebesar Rp. 4.275.000,-. Untuk memproduksi benih sejumlah tersebut dibutuhkan artemia sebanyak 3 kaleng (3 x Rp. 300.000,- = Rp. 900.000) dan 10 Kg pakan buatan/egg custard (10 x Rp. 60.000,- = Rp. 600.000,-). Dengan penambahan biaya lain-lain seperti air laut, listrik, plastik, obat-obatan dan bahan sterilisasi sebesar Rp. 500.000,- maka secara sederhana dapat diperoleh margin keuntungan sebesar Rp. 2.275.000,-. Untuk pengelolaan tiga puluh corong tersebut dapat dilakukan oleh satu orang karena pemeliharaannya relatif sederhana dan tidak memerlukan banyak ganti air. 

Pada pemeliharaan larva pada wadah berbentuk kerucut kegiatan pembersihan dasar wadah (siphon) relatif mudah karena sisa pakan terpusat di dasar bagian tengah. Efektifitas kegiatan siphon ini menjadikan kualitas air pemeliharaan lebih terjaga sehingga pergantian air dapat dilakukan hanya 2 – 3 kali. Pengurangan volume pergantian air secara idak langsung turut mengurangi biaya produksi. Ruangan yang diperlukan untuk pemeliharaan larva juga relatif kecil yaitu ukuran 4 x 4 m sehingga hatcheri dapat dibangun di samping atau di halaman belakang rumah dengan luasan yang terbatas. Keunggulan lain dari teknik ini adalah benih yang dihasilkan seragam. Pasca larva pertama biasanya terjadi pada hari ke 16 atau 17 dan mencapai lebih dari 50 persen pada hari ke 19. Pada hari ke 20 – 21 hampir semua larva telah mencapai stadia PL. Dengan demikian teknik ini sangat cocok untuk dilakukan baik oleh pembenih skala rumah tangga maupun skala menengah.









Fiber Corong, Tingkatkan kelulusan hidup dan pertumbuhan larva









Kunci kesuksesan pembenihan udang galah



Larva udang galah merupakan organisme yang sangat sensitif dan rentan terhadap perubahan lingkungan. Kegagalan yang sering dialami oleh para pembenih udang galah kebanyakan disebabkan oleh kanibalisme larva dan serangan penyakit. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

Higienis

Udang galah dalam proses pertumbuhannya selalu dibarengi dengan peristiwa ganti kulit (moulting). Pada kondisi moulting ini larva udang sangat lemah dan rentan terhadap keberadaan patogen. Oleh karena itu maka upaya pencegahan terhadap masuknya agen penyakit harus dilakukan secara disiplin. Hal-hal yang harus selalu dibersihkan dan disucihamakan (desinfektan) adalah alat-alat bantu seperti slang sipon, waskom, gelas pengamatan, sendok, lantai ruangan, dan tentunya tenaga pelaksana. Melalui pencegahan sedini mungkin diharapkan jasad patogen tidak akan masuk ke lingkungan pemeliharaan larva (hatcheri).



Managemen Kualitas Air

Larva udang galah hidup di air payau bersalinitas (kadar garam) 10 – 15 permil, yang dibuat dengan cara mencampurkan sejumlah tertentu air laut dengan air tawar. Sebelum digunakan air harus dipastikan bebas dari jasad renik (mikroorganisme) dengan cara disucihamakan. Metode sterilisasi media pemeliharaan dapat dilakukan baik dengan klorinasi, ozonisasi maupun ultra violet. Sterilisasi dengan kombinasi ultra violet dan ozonisasi dirasa paling efektif. Namun untuk pembenihan skala rumah tangga metode klorinasi (digunakan Natrium Hipoklorit) dipandang lebih memungkinkan karena lebih murah. Sebelum air digunakan sebagai media pemeliharaan larva pastikan terlebih dahulu sudah tidak mengandung residu klrorin. Cara praktis untuk menghilangkan residu klorin adalah dengan cara mengaerasi air selama minimal 24 jam. Untuk lebih amannya dapat dilakukan dengan cara penambahan Natrium tiosulfat. Monitoring kualitas air sebaiknya dilakukan secara periodik untuk menghindari kematian larva karena penurunan kualitas air. Apabila air media sudah mengalami penurunan kualitas maka dapat antisipasi dengan mengganti sebagian air. Untuk para pembenih yang sudah cukup berpengalaman biasanya akan melakukan penggantian air beberapa kali khususnya setelah larva sudah diberi pakan buatan.



Manajemen Pakan

Managemen pakan yang baik merupakan kunci utama dalam pembenihan udang galah. Selama pembenihan larva udang galah diberi pakan berupa naupli artemia dan pakan buatan. Kekurangan jumlah pakan akan menyebabkan larva lambat tumbuh dan terjadinya kanibalisme sesama larva. Sebaliknya pemberian pakan yang berlebih selain akan meningkatkan biaya prodiksi juga akan mengundang resiko penurunan kualitas media pemeliharaan yang memicu berkembangnya jasad patogen dan mengancam kegiatan pembenihan. Teknik pemberian pakan yang baik, waktu dan jumlah pemberian yang tepat serta komposisi nutrien yang seimbang tentunya akan menjamin keberhasilan selama pembenihan udang galah



Udang galah ukuran konsumsi



Pangsa pasar benih



Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan komoditas air tawar yang semakin diminati oleh para pelaku pembudidaya ikan di Indonesia. Nilai ekonomis yang tinggi, teknologi budidaya yang relatif mudah dan permintaan pasar yang masih terbuka luas merupakan daya tarik untuk pengembangan kegiatan komersial. Daya tarik yang besar tersebut mendorong pihak swasta dan pemerintah daerah di Kalimantan Tengah, Muara Enim-Palembang, dan Riau untuk mengembangkan usaha budidaya udang galah dalam kapasitas besar. Kompleksitas masalah yang terjadi pada budidaya udang windu di pantai utara Jawa beberapa waktu yang lalu juga menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya gairah petani udang di Kabupaten Indramayu dan Karawang untuk melakukan usaha pembesaran udang galah. Seiring pesatnya perkembangan usaha pembesaran udang galah maka permintaan benih juga semakin meningkat. 

Permintaan benih yang masuk ke Loka Riset PTBPAT sangat besar. Perhimpunan penguasaha ikan di Riau telah menyampaikan permintaan untuk dipasok benih udang galah sebanyak 500.000 ekor per bulan yang diperuntukkan untuk kolam pemeliharaan seluas 500 Ha. Petani di sekitar Jawa Barat (karawang, Bekasi dan Subang) juga menyampaikan pesanan sebanyak 100.000 ekor per bulan. Gerakan pengembangan budidaya udang galah bersama padi yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan Teknologi Pertanian Pasar Minggu juga membutuhkan benih tidak kurang dari 500.000 ekor per siklus (4 bulan). Belum lagi para petani udang galah di seputar Sleman, DI Yogyakarta dan Bali yang merupakan sentra pembudidaya udang galah. Dari data Statistik Perikanan Indonesia tahun 2005 dinyatakan bahwa kebutuhan benih udang galah belum mampu dipenuhi oleh semua hatcheri yang ada baik swasta maupun pemerintah. Jadi pangsa pasar untuk benih udang galah masih terbuka lebar bahkan cenderung meningkat.



Penutup

Pembenihan udang galah merupakan peluang usaha yang menjanjikan keuntungan karena selain permintaan benih yang masih tinggi marjin keuntungan yang diperolehpun cukup besar. Untuk meningkatkan produksi hatcheri udang galah dapat ditempuh melalui intensifikasi pemeliharaan dengan menggunakan wadah berbentuk corong.



Penulis : Ikhsan Khasani, Ssi

Peneliti dan Penanggung Jawab Udang Galah Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi, Subang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar