Sabtu, 16 November 2013

pemeliharaan larva benih udang galah skala rumah tangga

PEMELIHARAAN LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

SKALA RUMAH TANGGA



Ikhsan Khasani

Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya

Perikanan Air Tawar Sukamandi





PENDAHULUAN



Udang galah merupakan salah satu komoditas unggulan yang sangat digemari masyarakat karena nilai jualnya yang tinggi, cita rasa yang enak serta pangsa pasar yang luas. Daya tarik lain yang dimiliki udang galah untuk dikembangkan secara komersial adalah masih rendahnya tingkat serangan penyakit dan telah tersedianya paket teknologi budidaya dan sarana pendukungnya. Pada lima tahun terakhir komoditas ini mengalami perkembangan yang pesat baik pada skala pembenihan maupun pembesaran.

Ketersediaan benih memegang peranan penting dalam siklus budidaya. Untuk mendukung program pengembangan budidaya udang galah, ketersediaan benih unggul dalam jumlah yang memadai adalah syarat mutlak. Untuk menjamin keberhasilan dalam pembenihan udang galah, hal-hal seperti penentuan lokasi hatchery, penerapan teknologi pembenihan, kemampuan sumberdaya manusia dan pemasaran harus dilakukan secara terpadu.

Larva udang galah dengan sifat biologis yang rentan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan, khususnya saat proses ganti kulit (moulting), tentunya memerlukan penanganan yang intensif dalam pemeliharaannya. Untuk mengantisipasi gagalnya kegiatan pembenihan akibat serangan penyakit, maka kegiatan seterilisasi yang meliputi wadah pemeliharaan, air, pakan, peralatan dan larva harus dilakukan dengan baik. Pada makalah ini akan dipaparkan tentang proses pembenihan udang galah skala rumah tangga.





BAHAN DAN TATA CARA

BAHAN

Kegiatan ini dilaksanakan di Hatchery Udang Galah Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi, padabulan Januari 2006 selama satu siklus pembenihan. Adapun bahan dan alat yang dipergunakan adalah :

1. Larva udang galah.

2. Wadah berupa bak fiberglas kerucut bervolume 50 liter sebanyak 6 buah.

3. Pakan berupa naupli Artemia sp., pakan buatan (egg custard), pakan udang 501 (crumble).

4. Water heater thermostat sebagai alat untuk menjaga kestabilan suhu air.

5. Blower, selang aerasi, batu aerasi, ember, seser dan waskom.



TATA CARA

Sebelum memulai kegiatan pembenihan semua peralatan disterilisasi terlebih dahulu dengan pencucian menggunakan larutan klorin dosis 1,5 ppm (1,5 mg/liter). Setelah semua peralatan siap barulah kegiatan pembenihan dimulai.

Induk-induk betina yang telah memijah dan sedang mengerami telurnya dipindahkan dari kolam pemijahan ke dalam bak fiberglas kerucut sebagai bak penetasan. Setiap bak diisi dengan satu ekor induk. Induk-induk yang telornya telah menetas segera dikembalikan ke kolam dan dihitung jumlah larvanya. Media pemeliharaan larva yang digunakan adalah air payau bersalinitas 12 ppt, yang dibuat melalui pencampuran air laut dengan air tawar dengan perbandingan tertentu dan diperiksa/dicek menggunakan refraktometer. Pemeliharaan larva dari masing-masing bak fiberglas kerucut adalah sebanyak 3.500 ekor (kepadatan 70 ekor perliter). Pemeliharaan larva dilakukan selama 30 hari sampai menjadi pasca larva (PL) (Gambar 1).

Gambar 1. Bak-bak fiberglas kerucut tempat pemeliharaan larva.

POKOK BAHASAN



Pemberian pakan

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan larva terdiri dari pakan alami, berupa naupli Artemia sp. dan pakan buatan (egg custard). Pakan alami



Pakan Alami

Naupli Artemia sp. merupakan pakan yang terbaik bagi larva udang galah. Disamping nilai nutrisinya yang tinggi, mudah dalam penyediaan dan penyimpanannya, juga memiliki ukuran yang sesuai untuk larva udang galah. Untuk mendapatkan naupli Artemia sp. dengan kualitas baik beberapa hal perlu diperhatikan, seperti kemasan produk dan daya tetas. Sterilisasi terhadap telur (cyst) Artemia sp. juga harus dilakukan untuk mengantisipasi masuknya jamur dan bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan klorin. Untuk mengurangi kotoran dan cangkang telur Artemia sp., maka teknik pemenenan harus dilakukan dengan baik dan benar.

Pemberian pakan dilakukan setelah larva berumur 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk mengetahui jumlah sisa pakan Artemia sp. dalam bak pemeliharaan larva, maka sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan cara mengambil air sampel media pemeliharaan larva dengan menggunakan gelas bening sehingga naupli Artemia sp. terlihat masih tersisa ataukah telah habis. Kebutuhan larva udang galah akan naupli Artemia sp. semakin meningkat seiring bertambahnya umur larva. Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp. perharinya yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan larva udang galah.

Tabel 1. Kebutuhan naupli Artemia sp. setiap ekor larva udang galah perhari.

Umur larva (hari)

Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp.

perekor larva perhari

3

5

4 – 6

10

7

15

8

20

9

25

10 – 11

30

12

35

13 – 14

40

15 – 24

45

25 – 30

50

30 (pascalarva)

45

Sumber : AQUACOP, 1983



Pakan Buatan

Pakan buatan diberikan setelah larva memasuki stadium 7, berumur 9-10 hari. Adapun formulasi pakan buatan terdiri dari tepung terigu, susu bubuk, telur ayam, ikan gabus atau cumi-cumi dan vitamin (merek ”Scott Emulsion”). Ukuran dan dosis pakan harus disesuaikan dengan umur larva. Ukuran pakan yang sesuai dapat diperoleh denagn meggunakan saringan berukuran tertentu. Beberapa ukuran saringan dan dosis menurut umur larva dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Dosis pemberian pakan dan ukuran saringan berdasarkan umur larva.

Umur larva (hari)

Ukuran mesh saringan (cm)

Dosis

(mg/ekor/berat kering)

12

16

70

13

16

80-90

13-14

8

100-180

25-30

8

200

30

8

200

Sumber : AQUACOP, 1983



Setelah pakan buatan diberikan, maka frekuensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 5 kali sehari, yakni pada pukul 07.00 diberikan pakan berupa naupli Artemia sp.; pukul 10.00 diberikan pakan buatan berupa egg custard; pukul 12.00 diberikan pakan berupa egg custard; pukul 14.00 diberikan pakan berupa egg custard dan pada pukul 16.00 setelah penyiponan diberikan pakan berupa naupli Artemia sp.



Penyiponan dan Penggantian Air

Penyiponan dilakukan dengan maksud untuk menjaga kualitas air agar tetap layak bagi larva udang galah. Penyiponan dilakukan setiap hari, pada sore hari setelah larva diberi pakan buatan agar kotoran dan sisa pakan habis terbuang sehingga tidak timbul amoniak. Penggantian air baru dilakukan setelah larva telah memakan pakan buatan, maksimum 2 hari sekali. Penggantian air dilakukan agar kadar amoniak, nitrit dan nitrat tidak melebihi ambang batas, sehingga tetap layak untuk kehidupan larva udang galah.







Pemanenan

Produk yang diharapkan dari kegiatan pembenihan udang galah adalah pascalarva. Pemanenan dilakukan setelah 80 % dari larva telah menjadi pascalarva. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan selang sipon berdiameter 1 cm. Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati dengan aerasi dimatikan terlebih dahulu agar larva dan pascalarva tidak mengalami stress. Peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan pemanenan antara lain adalah selang sipon, seser dan waskom (Gambar 2).

Untuk menjaga agar pascalarva tetap dalam kondisi sehat maka suhu dan salinitas media penampungan harus sama dengan media pemeliharaan, yaitu 12 ppt dan suhu 29-31 oC. penurunan salinitas dilakukan secara bertahap, maksimum 2-3 ppt perhari hingga mencapai 0 ppt (air tawar). Setelah pascalarva berumur 10 hari (PL10), maka siap untuk ditebar di kolam ataupun tambak. Dari percobaan tersebut telah diperoleh hasil larva/pascalarva yang cukup tinggi dan seragam (Gambar 3). Hasil pascalarva tersebut tertera pada Tabel 3.



Tabel 3. Hasil pemanenan.

No. fiberglas

1

2

3

4

5

6

Tgl penebaran

04-01-06

04-01-06

04-01-06

04-01-06

04-01-06

04-01-06

Jumlah tebar

3.500

3.500

3.500

3.500

3.500

3.500

Tgl. Pasacalarva pertama

23-01-06

23-01-06

24-01-06

24-01-06

23-01-06

23-01-06

Jumlah pascalarva

2.006

2.249

2.427

2.649

2.419

2.507

Jumlah larva

316

332

552

207

315

328

Total

2.322

2.581

2.979

2.856

2.734

2.835

SR

66,35

73,77

85,01

81,03

78,01

81,00



























Slang siphon

Seser

Waskom



Gambar 2. Proses pemanenan pasca larva.





A

B

























Gambar 3. larva (A) Pasca larva (B) dan udang galah.

























KESIMPULAN



Ø Kunci keberhasilan dalam kegiatan pembenihan udang galah adalah pengetahuan tentang aspek biologis larva, penerapan sanitasi, higiene dan teknologi serta efisiensi pengelolaan.

Ø Mampu diperoleh pascalrva dalm jumlah yang cukup tinggi ( rata-rata SR 75 %) dengan waktu yang relatif singkat (30 hari) sehingga sesuai untuk kegiatan pembenihan skala rumah tangga.





DAFTAR PUSTAKA



Ahmad, Y. 1990. Artemia : Penggunaan di Pusat Pembenihan Udang Galah dan Ikan. Jabatan Perikanan Kementerian Pertanian Malaysia. Kuala Lumpur. 42 hal.



Ismail, W., D. Satyani. 1988. Operasional pembenihan udang galah. PUSLITBAGKAN. Departemen Pertanian. Jakarta.



Khasani, I. 2003. Upaya peningkatan produksi udang galah melalui optimalisasi lingkungan pemeliharaan. Warta Penelitian Perikanan Indonesia Vol. 9 No. 3 2003
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar